Ide pembuatan rangkaian ajakan ini bermula dari diskusi
ICAIOS tentang menjadikan Desember menjadi bulan PRB (Pengurangan Resiko
Bencana) yang digagas oleh Bang Ibnu Mundzir. Sederhananya adalah untuk kembali
saling mengingatkan apa saja yang bisa dilakukan untuk mengurangi resiko
terhadap bencana (khususnya Tsunami). Saya suka idenya karena yang dibahas
adalah hal-hal penting yang sebenarnya dapat dicapai dan sederhana, namun
agaknya masih sering dilupakan, seperti halnya tentang kesepatan keluarga tentang
rencana evakuasi dan kesepakatan sekolah dan orang tua apa yang harus dilakukan
ketika terjadi sesuatu di jam sekolah. Skala juga menjadi menarik karena tidak
bicara hal-hal yang mega, tapi dilingkungan keluarga, sekolah dan komunitas.
PROSES
Ide ‘Reclaiming Conversation’ karya Sherry Tuckle adalah hal lain yang ingin saya masukkan
dalam project ini. Kesadaran atas
pentingnya membangun kembali percakapan fisik ditengah derasnya arus interaksi
virtual diterjemahkan menjadi scene-scene sehari-hari dalam setiap poin yang ingin
disampaikan. Dibantu oleh Priambudi Trie Putra, Ilustrator berbakat, kami
meracik gambar-gambar sederhana tentang percakapan yang hangat dalam keluarga,
sekolah, dan komunitas dengan memakai latar belakang situasi Aceh. Setting kedai kopi, wanita-wanita
berkerudung, adalah elemen lokal yang kami konsepkan dalam cerita.
Pram sedang menggambar untuk ilustrasi project |
Taman di Selatan Jakarta, tempat kami diskusi dan menggambar |
Salah satu ilustrasi |
HARAPAN
Ini adalah ikhtiar kecil untuk
menyampaikan pesan yang menurut saya penting. Pada awalnya ada sedikit keraguan
di hati tentang project ini. Sudah cukup ilmiahkan? Pentingkah? Benar atau
tidak pesannya? Dimengertikah? atau kegalauan-kegalauan lainnya. Namun akhirnya
saya memutuskan untuk menyelesaikannya dan membagikan ke publik. Paling tidak
ini menjadi pencapaian bagi diri saya dan Priambudi yang baru pertama kali
berkolaborasi. Syukur-syukur pesannya bermanfaat bagi orang lain.
No comments:
Post a Comment